Bagi banyak kalangan di umat Kristen Pria bernama Habib Rizieq Shihab ini adalah sosok yang menakutkan. Kenapa? Karena organisasi yang dipimpinnya, Front Pembela Islam (FPI), disebut sering terlibat dalam penutupan-penutupan gereja.
Kali ini, Pantekosta Pos, menulis tentang perjalanan hidupnya yang
bersentuhan dengan umat Kristen. Habib Rizieq Shihab lahir di Jakarta,
24 Agustus 1965. Setelah lulus
Sekolah Dasar (SD), ia melanjutkan
pendidikan di lembaga pendidikan Kristen Bethel yang bertepatan tidak
jauh dari rumahnya (Tahun 1978-1979 atau 1979-1980).
Apa benar
lembaga pendidikan Kristen sering digunakan untuk proses Kristenisasi?
Habib Rizieq Shihab yang akrab disapa Habib mengatakan selama ia berada
di lembaga pendidikan Kristen, khususnya di Bethel, ia tidak merasakan
adanya gerakan Kristenisasi.”Sepanjang pengalaman saya waktu di Bethel,
saya murni belajar. Bila hari-hari tertentu ada kegiatan di gereja, saat
orangtua saya minta ijin kepada Kepala
Sekolah agar saya tidak ikut kegiatan di dalam gereja, ternyata diijinkan,”
Lanjutnya, Bahkan ketika hari Jumat karena umat Islam memiliki
kewajiban sholat, ia diijinkan sholat. “Sepanjang pengalaman saya di
Bethel, Saya tidak mendapatkan
upaya Kristenisasi. Saya tidak pernah
diharuskan/dipaksa untuk ke gereja atau menjadi Kristen, baik secara
langsung atau tidak. Gurunya juga tidak semua Kristen, ada beberapa guru
beragama Islam,”tegasnya.
Walau begitu, Ia tidak menampik di lembaga-lembaga Kristen (di luar
Bethel) ada saja oknum yang berupaya melakukan Kristenisasi.
“Akhir-akhir ini ada kejadian- kejadian di beberapa tempat yang membuat
masyarakat resah, yang Ana (Saya) lihat ada sejumlah oknum dari lembaga-
lembaga pendidikan Kristen lain yang berusaha melakukan Kristeninsasi.
Dan, tercium oleh masyarakat (Umat Islam), masyarakat—sumbunya pendek,
langsung menyikapinya, kadang- kadang berlebihan juga. Nah, ini tidak
bisa kita pungkiri. Kita berharap ke depan hal-hal semacam itu tidak
boleh ada,”mintanya.
Habib mengakui, selama ia bersekolah di
Bethel, guru-guru memperlakukannya sama seperti siswa yang lain,
baik-baik saja. “Saya diperlakukan layaknya seorang murid. Saya di
sekolah, nilai cukup bagus. Bahkan nilai agama saya terbaik, padahal
agama Kristen yang saya belajar di sana. Nilai saya 9 sampai 10 setiap
ulangan. Semua guru sayang dan cinta kepada saya. Saya tidak pernah
berantem di sekolah. Sampai hari ini, guru-guru saya di Bethel, masih
saya kenal, dan kalau ketemu di jalan kami sering bertegur sapa. Walau
bagaimanapun mereka guru saya,”.
Sekarang ini, alumnus SMP Bethel (teman-teman Habib) banyak yang jadi
pendeta.”Mereka sudah jadi pendeta, saya sudah jadi pendakwa (penyiar
agama Islam), tetapi hubungan kami cukup baik, tidak ada
masalah,”katanya.
Bila dilihat, Markas Besar (Mabes) FPI sangat
berdekatan dengan tempat Bethel memproduk pendeta. Lalu apa rahasianya
sampai dua lembaga yang berbeda ini dapat hidup berdampingan
bertahun-tahun? Habib menuturkan rahasianya karena Bethel tidak pernah
bikin masalah di masyarakat Petamburan. “Tidak pernah ada masyarakat
meminta Bethel ditutup. Dari semenjak saya lahir di Kampung ini
(Petamburan) tidak pernah ada problem antara masyarakat dan Bethel .
Makanya kadang-kadang saya heran, di kampung-kampung lain pada ribut, antara satu lembaga Kristen dengan
masyarakat, kadang sampai bakar- bakaran,”tuturnya seraya berkata kalau
terjadi konflik pasti itu ada yang tidak beres, pasti ada yang
menyinggung masyarakat.
Habib meminta lembaga-lembaga Kristen di Indonesia dapat belajar/ studi
banding dengan Bethel di Petamburan yang dapat berdampingan dengan
FPI.”Sejak saya lahir di Petamburan (usia saya sudah 44 tahun), Bethel
tidak pernah ada masalah. Masyarakat Petamburan sudah jadi benteng
keamanan bagi Bethel,”.
Yang Perlu dipelajari dari Bethel,
contoh, Bethel setiap ingin memberikan sumbangan, tidak pernah turun
langsung. Bethel selalu mengajak RT, RW, Lurah atau FPI untuk
menyalurkan bantuan kepada masyarakat Petamburan. “Kalau turun langsung,
pasti akan menimbulkan kecurigaan dan itu bisa panjang ceritanya,”
Lewat penjelasan ini, Habib membantah, opini atau cerita bahwa FPI anti
Kristen, musuh Kristen, suka nutup-nutupin gereja. “Itu tidak benar.
Buktinya di Petamburan, FPI tidak hanya berdampingan dengan Gereja
Bethel tetapi juga Gereja Katolik dan GPIB, dan kami aman-aman saja,”
Habib bersykur dalam hidupnya pernah mengenyam pendidikan di lingkungan
agama Kristen karena ia menjadi banyak tahu ayat-ayat dalam perjanjian
Lama dan Baru. “Saya belajar Perjanjian Lama dan Baru terdiri
kitab-kitab apa saja. Injil ada berapa kitab. Kadang- kadang dulu, kami
ngapalnya pakai lagu. “Matius…Markus… Lukas…Yohanes, Kisah Rasul…
Roma…Korintus,…” demikian Habib melagukan kembali kitab yang ada di
Perjanjian Baru yang sempat ia pelajari.
“Sekarang saya tampil sebagai Da’I, paling tidak saya mengerti tentang
Kristen. Saya juga belajar perbandingan agama, sehingga kalau saya
harus diskusi, dialog (bukan saling menghujat) saya lebih siap. Kalau
saya tidak masuk Bethel
maka saya tidak sesiap sekarang ini soal
mengetahui agama Kristen. Ilmu yang saya peroleh itu membuat saya sangat
percaya diri ketika hadir dalam sebuah dialog dengan pendeta berjumlah
160 orang. Dan pendeta-pendeta yang hadir banyak sudah bergelar
doctor,”paparnya seraya berkata membuka pintu dialog antar umat bergama
itu
penting. Harus ada dialog.

No comments:
Post a Comment